Mengapa Perilaku Mencontek dapat Berbahaya?


Mungkin ketika ditanya siapa yang pernah mencontek, tidak sedikit dari kita yang secara spontan maupun malu-malu akan mengatakan “saya pernah..”. Sempat penulis bertanya pada mahasiswa yang ada di kelas, siapa yang pernah mencontek di kampus? Hampir dari seluruh mahasiswa mengacungkan tangannya.. hanya beberapa (tak lebih dari hitungan jari) mahasiswa yang menyatakan tidak pernah mencontek. Mungkin fenomena mencontek ini oleh sebagian besar kita sebagai kenakalan biasa. Cuma tahukah kita bahwa perilaku ini dapat berbahaya bagi kepribadian kita maupun lingkungan sekitar kita.

Bagaimana perilaku curang (cheating) ini dapat terbentuk dan bagaimana perilaku ini dapat berbahaya bagi diri maupun lingkungan.  Penulis ingin melihatnya dari sudut pandang teori Psikologi pembentukan perilaku. Masih ingat bagaimana dulu pertama kali kita belajar menyetir sepeda, sepeda motor atau mobil? Awalnya mungkin kita mengalami rasa takut, khawatir jatuh dan memang perlu usaha yang lebih untuk dapat mempelajarinya. Namun lama kelamaan, ketika kita sudah sering menyetir sepeda/ sepeda motor, rasa takut dan khawatir menjadi hilang dan kita pun menjadi semakin mahir mengendarainya. Ketika awal melakukan perilaku mencontek pun demikian, individu biasanya merasa khawatir dan takut perilakunya ini diketahui oleh orang lain. Namun bila perilaku ini mendapat penguatan (reinforcement) dari lingkungan, misalnya rekan-rekan yang lain juga mendukung atau melakukan hal yang sama, atau kita tidak ketahuan dan memperoleh keuntungan dari perbuatan curang itu, maka kita akan tetap melakukan hal tersebut secara berulang dan tidak menutup kemungkinan kita menjadi lebih mahir. Perilaku yang berulang ini cenderung akan menjadi menetap atau disebut dengan kebiasaan (habit). Kebiasaan inilah yang lama kelamaan (baik disadari atau tidak) akan menjadi bagian dari karakter kita bila tidak kita perbaiki. Ketika perilaku ini sudah menjadi kebiasaan biasanya akan sulit bagi kita untuk merubahnya, apalagi bila sudah menjadi bagian dari karakter kita.

Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan, yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif antara perilaku cheating sewaktu kuliah dengan ketika berada di tempat kerja. Individu yang terbiasa cheating juga memiliki etika yang kurang baik ketika sudah bekerja. Bayangkan bila kita terkena sanksi dari perusahaan karena kebiasaan perilaku cheating kita, maka biasanya perusahaan selain memberikan sanksi juga akan berpikir berulang kali untuk menaikkan jabatan kita. Bahkan bila kita akhirnya pun keluar, biasanya para HR akan saling merekomendasikan calon-calon kandidat terutama di level managerial.


Leave a Reply